Pengalaman
PTT Daerah Halmahera Utara -PART 5-
14
April 2017
Pagi ini saya
dan adik berangkat menuju Ternate. Destinasi yang paling nantikan. Meski masih
menahan rasa kantuk, karena semalam begadang membuat tulisan nama-nama teman
yang mau kami abadikan nanti di Ternate. Sekedar informasi, Ternate merupakan nama
sebuah pulau sekaligus kota di provinsi Maluku Utara. Terkenal akan peninggalan
sejarahnya, seperti benteng-benteng peninggalan Belanda, Portugis dan Spanyol.
Selain itu, juga terdapat pasir putih dengan pemandangan bawah laut yang indah.
Berhubung
kami berangkat dari Galela, maka kami berangkat pagi sekitar pukul 06.30.
Sebelumnya kami sudah memesan oto terlebih dahulu, sehingga bisa tepat waktu.
Oto hanya sampai di kota Tobelo, selanjutnya kami oper Oto dengan tujuan Sofifi
(ibukota Maluku Utara). Biaya perjalanan sebesar 120.000/orang. Perjalanan Tobelo-Sofifi cukup jauh. Di perjalanan oto
berhenti sejenak untuk beristirahat. Kami berhenti di sebuah rumah makan.
Dimana banyak oto dan penumpang lain yang juga beristirahat disana. Karena kami
berdua sudah sarapan di rumah dinas, sehingga kami hanya numpang ke toilet
J
Perjalanan
kami lanjutkan kembali. Di tepi jalan, saya melihat pantai dan hutan.
Benar-benar pedalaman. Namun jalan utama berupa aspal, dan terlihat juga kabel
listrik di sepanjang perjalanan. Jadi meskipun pedalaman, sepertinya listrik
masih masuk, tapi tidak ada sinyal.
Jam
11an siang kami tiba di pelabuhan Sofifi. Menurut informasi, bila naik speed
boat lebih cepat, memakan waktu 30 menit, dengan harga tiket 50.000. Bila naik
kapal Feri memakan waktu 1-1,5 jam, dengan harga tiket 20.000. Dan tentunya
bila naik speed boat, barang bawaan terbatas, tidak bisa bawa banyak, termasuk
kendaraan pribadi.
Pelabuhan Speed Boat Sofifi |
Speed Boat menuju Ternate |
Bagian dalam Speed Boat |
Nah, sampailah di Ternate. Kesan pertama ketika sampai disini adalah panas. Panasnya ngga wajar. Fiuhh. Galela kalah, hehe. (FYI, Galela sama Surabaya masih panasan Galela). Seperti biasa, layaknya keluar dari terminal atau stasiun, maka para penyedia jasa transportasi akan berebut mendatangi penumpang. Di luar Pelabuhan Ternate, mereka menyediakan jasa ojek dan mobil pribadi. Berhubung kami jalan-jalan ala backpacker, maka kami memutuskan menggunakan jasa ojek. Jasa ojek dikenakan biaya 10.000 rupiah jauh dekat untuk sekali jalan.
Berdasarkan arahan dari kapus
(kepala puskesmas.red). Kami minta diturunkan menuju sebuah hotel (lupa
namanya). Tempatnya tepat di depan Masjid Raya Ternate. Tapiii, setelah
tanya-tanya resepsionis, ternyata harganya agak mahal untuk ukuran backpacker. Paling murah per malamnya
350 ribu, belum pajak. Akhirnya saya minta tolong pak ojek untuk mencarikan
hotel yang murah-murah aja. Tidak masalah meski tempatnya tidak strategis. Di
bawalah kami menuju sebuah hotel yang homey
banget. Yap, bangunannya memang bangunan tua. Bapak penjaganya sudah berusia
lanjut, tapi ramah sekali, melayani seperti keluarga. Harganya pun tidak
terlalu mahal.
List Harga Kamar Hotel Indah |
Bagian dalam kamar kelas ekonomi (Kamar mandi dalam) |
Kami melobi bapak untuk mencarikan
pinjaman sepeda motor. Didapatlah motor baru matic milik salah satu pak ojek
kenalannya, lengkap dengan dua buah helm. Kami mendapatkan kesepakatan harga,
yaitu 200.000 selama 24 jam. Yap, sama dengan hotel ini. Check ini jam12 siang,
sampai besok check out jam12 siang.
Setelah mandi, akibat berkeringat
selama perjalanan dan cuaca yang panas, kami menuju masjid Raya Ternate karena
adik harus menunaikan sholat jum’at. Saya lanjut jalan-jalan sendiri di sekitar
masjid. MasyaAllah. Memang benar Ternate ini suasana keislamannya sangat
kental. Semua pertokoan tutup, termasuk mall, warung maupun pom bensin.
Masjid-masjid penuh membludak. Barokallah.
Setelah adik selesai sholat jum’at,
dimulailah our city tour. Berjalan lurus aja mengikuti GPS. Kami memilih
mengikuti arah sebelah kiri terlebih dahulu. Tidak jauh dari masjid Raya, ada
Taman Nukila. Disini bisa duduk-duduk santai sambil melihat pemandangan laut.
Bisa pesan bakso dan es kelapa muda. Ada permainan anak-anaknya juga. Dan yang
pasti tidak akan kepanasan, karena banyak pepohonan disini.
Taman Nukila |
Nukila Diambil dari Nama Ratu Kesultanan Ternate |
Duduk-duduk di taman nukila |
Selanjutnya kami jalan lagi. Dan
mata kami tertuju pada salah satu icon
ternate. Sepertinya ini yang menjadi bukti konkret bahwa kami sudah
menginjakkan kaki di Ternate.
I ❤ Ternate (1) |
I ❤ Ternate (2) |
Sebelum melanjutkan perjalanan,
kami mengisi perut terlebih dahulu. Hanya 50 meter dari sini, terdapat rumah
makan yang rame pengunjung. Satu-satunya menu disini adalah ayam bakar madu.
Harganya 15.000 all in. Nasi dan air putih boleh tambah sepuasnya. Oh, pantesan
rame ya. Tapi rasanya juga lumayan enak lho. Mirip rasa Jawa Timuran. Dan bener
saja, ternyata pemiliknya berasal dari Jawa. Bahkan pelayan-pelayannya memakai
bahasa Jawa Timuran. Hmm. Boleh diulang lagi nih. Recommended buat yang lagi
singgah di Ternate.
Menunggu pesanan |
Hak perut sudah terpenuhi, saatnya
melanjutkan kembali perjalanan. Pasang masker dulu, hari semakin panas. Buka
GPS lagi. Trip selanjutnya yaitu Benteng Kalimata. Kalau dari luar, tidak
terlihat papan nama dan bangunannya. Jadi kami sempat salah masuk ke arena
kolam renang Kalimata, yang berada tepat di sebelah benteng. Bentengnya lumayan
bagus. Masih terlihat kerangkanya.
Benteng Kalimata (Tampak Samping) |
Benteng Kalimata (Bagian atas) |
Selanjutnya, kami menuju Benteng
Kastela. Sedikit jauh jarak antar kedua
benteng. Kira-kira 20 menit naik motor kecepatan santai. Tepat di belakang
masjid, masuk gang ke kiri, terdapat pintu masuk benteng kastela. Bentengnya
tinggal reruntuhan, tapi masih terlihat gagahnya. Hati-hati dengan tanaman
liar. Ada semacam biji kecil-kecil, ala durian mini, menempel di Rok atau
celana. Lumayan menusuk kulit kalau tembus. Padahal saya pakai kaos kaki, tapi
terasa juga.
Benteng Kastela |
Sejarah Benteng Kastela |
Next trip, ini salah satu yang
paling ditunggu. Foto di background uang seribu rupiah. Coba cari di GPS
wilayah Gambesi atau Puskesmas Gambesi. Nanti lurus aja menuju pantai, melewati
rumah-rumah penduduk. InsyaAllah nanti akan menemukan pemandangan seperti yang
ada di uang seribu. Tampak pulau Maitara dan Tidore. Berwarna hijau dan biru.
Tapi saya kurang tahu, Tidore yang warna hijau atau biru. Untuk menuju bibir
pantai harus jalan kaki. Waktu itu motor kami parkir di depan sebuah rumah
makan. Harapannya ada yang ikut melihat.
Sebenarnya ada tumpukan batuan
supaya bisa mendapat spot foto yang lebih bagus. Hanya saja saya tidak berani
naik ke sana, maklum tidak bisa berenang, kalau tiba-tiba jatuh kan ngga lucu.
Adik coba ke sana bawa kamera, tapi tidak ada yang memegang tulisan dan uang
seribunya, sehingga diputuskan dia yang ngalah, ikut saya foto di bawah, maaf
ya, hehe.
Background uang 1.000 Rupiah |
Dilanjut lagi ya perjalanannya.
Kali ini GPS menunjuk ke arah pantai yang bernama Bobane Ici. Hati-hati karena
pintu masuknya berupa jalanan yang menurun, meski tidak setajam danau Ngade,
tapi tetap pelan-pelan saja. Pantai Bobane Ici ini pantai berpasir hitam.
Pantai ini sepertinya berupa paket wisata. Jadi ada kolam renang yang menghadap
laut, rumah makan, ruang pertemuan dan penginapan. Untuk kolam renang dikenakan
biaya 20.000 per orang, sedangkan biaya parkir motor dikenakan biaya 5.000
rupiah.
Sembari menunggu adik sholat ashar
di mushola dekat penginapan, saya mencoba menu es kelapa muda. 1 gelas dihargai
10.000 rupiah. Tapi sangat memuaskan dahaga saya, rasanya juga enak dan asli.
Mungkin karena rasa gula arennya, ditambah saya juga posisi sangat haus, hehe.
Saya menikmati minuman dingin sekaligus menyaksikan live karaoke salah satu
keluarga besar. Kalau tidak salah, per judul lagu yang dinyanyikan, dikenakan
biaya 5.000 rupiah.
Pantai Bobane Ici |
Karena hari sudah mulai gelap, kami
memutuskan balik arah, kembali ke arah hotel. Di GPS kami melewati danau Ngade,
tapi kami tidak melihat pintu masuk danau tersebut. Akhirnya kami bertanya ke
salah satu warga setempat. Ternyata pintu masuk menuju danau Ngade sangat
kecil. Hanya bisa dilewati sepeda motor atau pejalan kaki. Bila naik mobil,
maka harus diparkir diluar pintu, dilanjutkan jalan kaki. Bagi penumpang, harap
pegangan erat ya ketika turun. Jalan masuknya berupa turunan curam, hampir 45
derajat. Tapi jalannya beraspal bagus, tidak seperti telaga biru galela.
Sama seperti danau Galela (Telaga
Duma (baca: https://dijafirdausi.blogspot.co.id/2017/05/pengalaman-ke-tanjung-bongo-galela.html ) di sini juga disediakan menu ikan
air tawar bakar yang segar karena pembeli dapat memilih sendiri ikan yang akan
ditangkap di danau.
Danau Ngade |
Nah, lumayan banget kan,
jalan-jalan kali ini, dalam waktu 6 jam, kami bisa berkeliling ke berbagai
destinasi wisata di ternate. Didukung oleh arahan GPS dan sewa motor pribadi
yang membuat lebih fleksibel. Hari mulai gelap, perut mulai lapar. Saatnya
kembali ke hotel.
Di dekat hotel, terdapat beberapa
warung makan yang hanya buka ketika malam hari. Kami berjalan kaki menuju salah
satu warung. Asal pilih saja, karena semua warung menyajikan menu yang sama,
yaitu sup Kondro, sup Saudara, dan coto Makassar. Adik memesan coto Makassar,
dan saya memesan sup kondro. Kami niat pesan yang berbeda, supaya bisa saling
mencoba. Lalu bapak penjual, bertanya, apa memang saya suka sup kondro. Saya
menjawab bahwa saat ini saya baru pertama kali makan sup tersebut. Beliau
memberi tahu bahwa sup kondro isinya hanya tulang belulang, tanpa daging, dan
kembali menanyakan apakah saya tetap mau pesan sup kondro. Kami tertawa
spontan.
Akhirnya saya mengganti pesanan,
dari sup kondro menjadi sup saudara. Sup ini kuahnya jernih, isinya ada su’un
dan daging yang dipotong dadu, diatasnya ditaburi daun seledri serta bawang
goreng diatasnya. Rasanya segar, tapi sedikit kurang asin, sehingga saya tambah
garam sendiri. Bila ingin lebih kenyang dapat menambahkan lontong ketupat
sebagai pengganti nasi. Harganya 25.000 per porsi.
Sup Saudara |
Coto Makassar |
Oke kita tutup perjalanan hari
dengan Alhamdulillah. Selamat istirahat ☺
Cantik pemandangannya. Insyaallah saya akan ke sana jika ada rezeki.
ReplyDeleteAamiin yra.. Semoga Allah ijabah doanya ya kak.. Saya juga rindu sekali dg ternate..
Delete