Wednesday, May 24, 2017

Pengalaman ke Ternate -Hari Pertama-

Pengalaman PTT Daerah Halmahera Utara -PART 5-

14 April 2017
            Pagi ini saya dan adik berangkat menuju Ternate. Destinasi yang paling nantikan. Meski masih menahan rasa kantuk, karena semalam begadang membuat tulisan nama-nama teman yang mau kami abadikan nanti di Ternate. Sekedar informasi, Ternate merupakan nama sebuah pulau sekaligus kota di provinsi Maluku Utara. Terkenal akan peninggalan sejarahnya, seperti benteng-benteng peninggalan Belanda, Portugis dan Spanyol. Selain itu, juga terdapat pasir putih dengan pemandangan bawah laut yang indah.

            Berhubung kami berangkat dari Galela, maka kami berangkat pagi sekitar pukul 06.30. Sebelumnya kami sudah memesan oto terlebih dahulu, sehingga bisa tepat waktu. Oto hanya sampai di kota Tobelo, selanjutnya kami oper Oto dengan tujuan Sofifi (ibukota Maluku Utara). Biaya perjalanan sebesar 120.000/orang. Perjalanan Tobelo-Sofifi cukup jauh. Di perjalanan oto berhenti sejenak untuk beristirahat. Kami berhenti di sebuah rumah makan. Dimana banyak oto dan penumpang lain yang juga beristirahat disana. Karena kami berdua sudah sarapan di rumah dinas, sehingga kami hanya numpang ke toilet J

            Perjalanan kami lanjutkan kembali. Di tepi jalan, saya melihat pantai dan hutan. Benar-benar pedalaman. Namun jalan utama berupa aspal, dan terlihat juga kabel listrik di sepanjang perjalanan. Jadi meskipun pedalaman, sepertinya listrik masih masuk, tapi tidak ada sinyal.

            Jam 11an siang kami tiba di pelabuhan Sofifi. Menurut informasi, bila naik speed boat lebih cepat, memakan waktu 30 menit, dengan harga tiket 50.000. Bila naik kapal Feri memakan waktu 1-1,5 jam, dengan harga tiket 20.000. Dan tentunya bila naik speed boat, barang bawaan terbatas, tidak bisa bawa banyak, termasuk kendaraan pribadi.

Pelabuhan Speed Boat Sofifi

Speed Boat menuju Ternate

Bagian dalam Speed Boat

Nah, sampailah di Ternate. Kesan pertama ketika sampai disini adalah panas. Panasnya ngga wajar. Fiuhh. Galela kalah, hehe. (FYI, Galela sama Surabaya masih panasan Galela). Seperti biasa, layaknya keluar dari terminal atau stasiun, maka para penyedia jasa transportasi akan berebut mendatangi penumpang. Di luar Pelabuhan Ternate, mereka  menyediakan jasa ojek dan mobil pribadi. Berhubung kami jalan-jalan ala backpacker, maka kami memutuskan menggunakan jasa ojek. Jasa ojek dikenakan biaya 10.000 rupiah jauh dekat untuk sekali jalan.

Berdasarkan arahan dari kapus (kepala puskesmas.red). Kami minta diturunkan menuju sebuah hotel (lupa namanya). Tempatnya tepat di depan Masjid Raya Ternate. Tapiii, setelah tanya-tanya resepsionis, ternyata harganya agak mahal untuk ukuran backpacker. Paling murah per malamnya 350 ribu, belum pajak. Akhirnya saya minta tolong pak ojek untuk mencarikan hotel yang murah-murah aja. Tidak masalah meski tempatnya tidak strategis. Di bawalah kami menuju sebuah hotel yang homey banget. Yap, bangunannya memang bangunan tua. Bapak penjaganya sudah berusia lanjut, tapi ramah sekali, melayani seperti keluarga. Harganya pun tidak terlalu mahal.

List Harga Kamar Hotel Indah

Bagian dalam kamar kelas ekonomi (Kamar mandi dalam)

Kami melobi bapak untuk mencarikan pinjaman sepeda motor. Didapatlah motor baru matic milik salah satu pak ojek kenalannya, lengkap dengan dua buah helm. Kami mendapatkan kesepakatan harga, yaitu 200.000 selama 24 jam. Yap, sama dengan hotel ini. Check ini jam12 siang, sampai besok check out jam12 siang.

Setelah mandi, akibat berkeringat selama perjalanan dan cuaca yang panas, kami menuju masjid Raya Ternate karena adik harus menunaikan sholat jum’at. Saya lanjut jalan-jalan sendiri di sekitar masjid. MasyaAllah. Memang benar Ternate ini suasana keislamannya sangat kental. Semua pertokoan tutup, termasuk mall, warung maupun pom bensin. Masjid-masjid penuh membludak. Barokallah.

Setelah adik selesai sholat jum’at, dimulailah our city tour. Berjalan lurus aja mengikuti GPS. Kami memilih mengikuti arah sebelah kiri terlebih dahulu. Tidak jauh dari masjid Raya, ada Taman Nukila. Disini bisa duduk-duduk santai sambil melihat pemandangan laut. Bisa pesan bakso dan es kelapa muda. Ada permainan anak-anaknya juga. Dan yang pasti tidak akan kepanasan, karena banyak pepohonan disini.

Taman Nukila

Nukila Diambil dari Nama Ratu Kesultanan Ternate

Duduk-duduk di taman nukila
Selanjutnya kami jalan lagi. Dan mata kami tertuju pada salah satu icon ternate. Sepertinya ini yang menjadi bukti konkret bahwa kami sudah menginjakkan kaki di Ternate.

I ❤ Ternate (1)

I ❤ Ternate (2)

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami mengisi perut terlebih dahulu. Hanya 50 meter dari sini, terdapat rumah makan yang rame pengunjung. Satu-satunya menu disini adalah ayam bakar madu. Harganya 15.000 all in. Nasi dan air putih boleh tambah sepuasnya. Oh, pantesan rame ya. Tapi rasanya juga lumayan enak lho. Mirip rasa Jawa Timuran. Dan bener saja, ternyata pemiliknya berasal dari Jawa. Bahkan pelayan-pelayannya memakai bahasa Jawa Timuran. Hmm. Boleh diulang lagi nih. Recommended buat yang lagi singgah di Ternate.

Menunggu pesanan

Hak perut sudah terpenuhi, saatnya melanjutkan kembali perjalanan. Pasang masker dulu, hari semakin panas. Buka GPS lagi. Trip selanjutnya yaitu Benteng Kalimata. Kalau dari luar, tidak terlihat papan nama dan bangunannya. Jadi kami sempat salah masuk ke arena kolam renang Kalimata, yang berada tepat di sebelah benteng. Bentengnya lumayan bagus. Masih terlihat kerangkanya.
Benteng Kalimata (Tampak Samping)

Benteng Kalimata (Bagian atas)

Selanjutnya, kami menuju Benteng Kastela.  Sedikit jauh jarak antar kedua benteng. Kira-kira 20 menit naik motor kecepatan santai. Tepat di belakang masjid, masuk gang ke kiri, terdapat pintu masuk benteng kastela. Bentengnya tinggal reruntuhan, tapi masih terlihat gagahnya. Hati-hati dengan tanaman liar. Ada semacam biji kecil-kecil, ala durian mini, menempel di Rok atau celana. Lumayan menusuk kulit kalau tembus. Padahal saya pakai kaos kaki, tapi terasa juga.

Benteng Kastela

Sejarah Benteng Kastela

Next trip, ini salah satu yang paling ditunggu. Foto di background uang seribu rupiah. Coba cari di GPS wilayah Gambesi atau Puskesmas Gambesi. Nanti lurus aja menuju pantai, melewati rumah-rumah penduduk. InsyaAllah nanti akan menemukan pemandangan seperti yang ada di uang seribu. Tampak pulau Maitara dan Tidore. Berwarna hijau dan biru. Tapi saya kurang tahu, Tidore yang warna hijau atau biru. Untuk menuju bibir pantai harus jalan kaki. Waktu itu motor kami parkir di depan sebuah rumah makan. Harapannya ada yang ikut melihat.

Sebenarnya ada tumpukan batuan supaya bisa mendapat spot foto yang lebih bagus. Hanya saja saya tidak berani naik ke sana, maklum tidak bisa berenang, kalau tiba-tiba jatuh kan ngga lucu. Adik coba ke sana bawa kamera, tapi tidak ada yang memegang tulisan dan uang seribunya, sehingga diputuskan dia yang ngalah, ikut saya foto di bawah, maaf ya, hehe.

Background uang 1.000 Rupiah




Dilanjut lagi ya perjalanannya. Kali ini GPS menunjuk ke arah pantai yang bernama Bobane Ici. Hati-hati karena pintu masuknya berupa jalanan yang menurun, meski tidak setajam danau Ngade, tapi tetap pelan-pelan saja. Pantai Bobane Ici ini pantai berpasir hitam. Pantai ini sepertinya berupa paket wisata. Jadi ada kolam renang yang menghadap laut, rumah makan, ruang pertemuan dan penginapan. Untuk kolam renang dikenakan biaya 20.000 per orang, sedangkan biaya parkir motor dikenakan biaya 5.000 rupiah.

Sembari menunggu adik sholat ashar di mushola dekat penginapan, saya mencoba menu es kelapa muda. 1 gelas dihargai 10.000 rupiah. Tapi sangat memuaskan dahaga saya, rasanya juga enak dan asli. Mungkin karena rasa gula arennya, ditambah saya juga posisi sangat haus, hehe. Saya menikmati minuman dingin sekaligus menyaksikan live karaoke salah satu keluarga besar. Kalau tidak salah, per judul lagu yang dinyanyikan, dikenakan biaya 5.000 rupiah.

Pantai Bobane Ici

Karena hari sudah mulai gelap, kami memutuskan balik arah, kembali ke arah hotel. Di GPS kami melewati danau Ngade, tapi kami tidak melihat pintu masuk danau tersebut. Akhirnya kami bertanya ke salah satu warga setempat. Ternyata pintu masuk menuju danau Ngade sangat kecil. Hanya bisa dilewati sepeda motor atau pejalan kaki. Bila naik mobil, maka harus diparkir diluar pintu, dilanjutkan jalan kaki. Bagi penumpang, harap pegangan erat ya ketika turun. Jalan masuknya berupa turunan curam, hampir 45 derajat. Tapi jalannya beraspal bagus, tidak seperti telaga biru galela.
Sama seperti danau Galela (Telaga Duma (baca: https://dijafirdausi.blogspot.co.id/2017/05/pengalaman-ke-tanjung-bongo-galela.html ) di sini juga disediakan menu ikan air tawar bakar yang segar karena pembeli dapat memilih sendiri ikan yang akan ditangkap di danau.
Danau Ngade

Nah, lumayan banget kan, jalan-jalan kali ini, dalam waktu 6 jam, kami bisa berkeliling ke berbagai destinasi wisata di ternate. Didukung oleh arahan GPS dan sewa motor pribadi yang membuat lebih fleksibel. Hari mulai gelap, perut mulai lapar. Saatnya kembali ke hotel.

Di dekat hotel, terdapat beberapa warung makan yang hanya buka ketika malam hari. Kami berjalan kaki menuju salah satu warung. Asal pilih saja, karena semua warung menyajikan menu yang sama, yaitu sup Kondro, sup Saudara, dan coto Makassar. Adik memesan coto Makassar, dan saya memesan sup kondro. Kami niat pesan yang berbeda, supaya bisa saling mencoba. Lalu bapak penjual, bertanya, apa memang saya suka sup kondro. Saya menjawab bahwa saat ini saya baru pertama kali makan sup tersebut. Beliau memberi tahu bahwa sup kondro isinya hanya tulang belulang, tanpa daging, dan kembali menanyakan apakah saya tetap mau pesan sup kondro. Kami tertawa spontan.

Akhirnya saya mengganti pesanan, dari sup kondro menjadi sup saudara. Sup ini kuahnya jernih, isinya ada su’un dan daging yang dipotong dadu, diatasnya ditaburi daun seledri serta bawang goreng diatasnya. Rasanya segar, tapi sedikit kurang asin, sehingga saya tambah garam sendiri. Bila ingin lebih kenyang dapat menambahkan lontong ketupat sebagai pengganti nasi. Harganya 25.000 per porsi.

Sup Saudara

Coto Makassar


Oke kita tutup perjalanan hari dengan Alhamdulillah. Selamat istirahat ☺

2 comments:

  1. Cantik pemandangannya. Insyaallah saya akan ke sana jika ada rezeki.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin yra.. Semoga Allah ijabah doanya ya kak.. Saya juga rindu sekali dg ternate..

      Delete