Pengalaman
PTT Daerah Halmahera Utara -PART 5-
15
April 2017
Selamat pagi
Ternate!
Salah
satu hal yang saya syukuri adalah ketika adik bawa perlengkapan mandi lengkap
dengan sabun mandi. Kenapa? Karena di hotel tidak disediakan perlengkapan
mandi, kecuali handuk. Kamar kelas ekonomi juga tidak menyediakan makan pagi,
jadilah kami keluar hotel mencari sarapan, sekaligus melanjutkan city tour hari
kedua kami. Putar-putar mencari pom bensin, ternyata masih tutup. Saya bertanya
kepada bapak supir angkot, kata beliau pom bensin baru buka jam10 pagi.
Akhirnya kami membeli bensin eceran di pinggir jalan. Terjawab sudah pertanyaan
dalam hatiku kemarin. Mengapa hampir sepanjang jalan banyak terdapat penjual
bensin eceran.
Setelah
motor diberi makan, giliran peurt kami yang perlu diberi makan. Putar-putar
cari menu yang kira-kira sesuai dengan lidah kami. Pilihan jatuh pada penjual
nasi kuning. Kami makan di tempat. Alhamdulillah rasanya sesuai selera kami.
Tapi saya lupa harga pastinya berapa, seingat saya tidak jauh berbeda dengan
harga makanan di galela. Sama-sama mahal, hehe. Katanya sih memang Ternate
termasuk salah satu kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia. Benarkah?
Kami
melewati masjid Raya Ternate. Tak lupa kami berfoto mengabadikan masjid ini.
Dimana perusahaan yang dipercaya membangun masjid ini, membuat kalender yang
setiap tahun dicetak oleh percetakan orang tua, sehingga ortu berpesan suruh
mampir ke masjid ini. Masjid ini lumayan besar dan tinggi. Berbatasan langsung
dengan laut, semakin menampilkan pesona masjid ini. Masjid Al-Munawwar.
Masjid Raya Ternate (Tampak depan) |
Masjid Al-Munawwar |
Bila
kemarin kami belok kiri dari masjid, maka sekarang kami berjalan ke sebelah
kanan masjid. GPS Always On. Tempat pertama yang terdekat dari masjid adalah
Kedaton kesultanan Ternate. Berhadapan langsung dengan alun-alun kota Ternate.
Namun pagar kedaton terlihat masih tertutup rapat, kami pun melanjutkan
perjalanan terlebih dahulu.
Destinasi
selanjutnya yaitu benteng Tolukko. Rupanya sama dengan kedaton, pagar benteng
juga terkunci rapat. Kami sempat hopeless, karena siang ini harus check out,
sedangkan objek wisata benteng ini dari luar begitu bagus, saying jika tidak
mengabadikan dan melihat sampai ke dalam. Namun kami tidak putus asa. Di
sebelah benteng terdapat rumah, sepertinya rumah penjaga benteng. Kami
diberitahu bahwa benteng dibuka nanti sore. Kami menceritakan bahwa nanti sore
harus kembali ke Halmahera. Alhamdulillah ibu penjaga berbaik hati membukakan
gerbang benteng. Kami diminta sumbangan sebesar 10.000 rupiah. Tidak masalah
bagi kami, asal diberikan kesempatan untuk masuk ke dalam.
Benteng Tolukko |
Setelah
puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Sulamadaha. Lagi-lagi
disponsori oleh GPS, sampai lah kami di pantai. Di pintu masuk diminta
sumbangan sebesar 8.000 rupiah. Sepertinya yang ini tarikan resmi, karena ada
karcisnya. Awalnya sempat ragu, karena berdasarkan informasi dari grup PTT
bahwa pantai Sulamadaha merupakan pantai pasir putih, tapi ini kok hitam. Kami
kroscek ke ibu penarik karcis. Kata beliau, kami disuruh jalan terus mengikuti
jalan kecil beraspal. Dan memang benar, ada jalan kecil yang hanya muat
dilewati pejalan kaki atau sepeda motor.
Jalanannya
lumayan jauh dan naik turun kadang curam. Hati-hati jaga keseimbangan. Sebelah
kanan memang ada pagar pembatas, tapi tidak terlalu tinggi. Di luar pembatas
merupakan lautan lepas. Namun di kanan kiri tampak pemandangan yang indah. Kiri
bebatuan dan kanan gunung dan laut. Kalau ke sini sebaiknya pakai motor saja,
kalau mau jalan kaki ke pantai pasir putihnya lumayan jauh. Bisa-bisa capek
duluan sebelum snorkeling.
Jalan kecil menuju pantai Sulamadaha |
Oke sampailah di akhir jalan beraspal. Selanjutnya berjalan kaki, turun sebentar, hati-hati licin tanpa pegangan. Langsung tepi pantai. Ada beberapa warung di tepi pantai, selain menyediakan makanan minuman ringan seperti gorengan, mie instan, dan kopi, juga menyediakan persewaan alat snorkeling. Mulai dari sepatu katak, masker dan selangnya, serta jaket pelampung. Per item disewakan seharga 30.000 tanpa batas waktu. Ada juga persewaan ban pelampung, ukuran kecil 5.000 sedangkan yang besar 10.000.
Siap untuk Snorkeling |
My First Snorkeling |
Airnya
terasa dingin, semakin dalam kedalamannya semakin dingin, dan semakin gelap.
Karangnya yang di tepian mati, tapi ikan hias khas lautan banyak bersliweran. Batu-batuan
dasar laut lumayan besar-besar. MasyaALLAH. Ini pertama kali saya melihat bawah
laut secara langsung. Thanks to my Brother yang bersedia mengawal saya. Tangan
kirinya tidak pernah lepas dari saya. Maklum saya belum menguasai medan. Tidak
terasa waktu berjalan dengan cepat. Sudah jam11 siang. Mendekati waktu check
out. Kami terburu-buru. Pulang dengan baju basah, karena memang tidak menyangka
bila akan bermain air di sini.
Kami
bergegas menuju kedaton. Ternyata pagar depan masih tutup. Kami akhirnya
mencoba bertanya kepada seseorang yang kebetulan ada di sana. Ternyata bisa
lewat pintu belakang. Pintu belakangnya bergambar dua pedang bersilang, khas
sekali. Sudah mulai berbau kesultanan gitu. Sebelum masuk, alas kaki harus
dilepas. Kami diminta sumbangan 50.000 rupiah. Entahlah sepertinya sih kali ini
illegal. Kami diantar oleh bapak penjaga kedaton. Ditunjukkan foto-foto sultan
terdahulu. Kami juga diperbolehkan mengambil foto sepuasnya.
Meja Makan Sultan |
Oke
foto-foto secukupnya. Lalu bergegas menuju hotel. Siap-siap check out dan kembali
ke Galela. Seperti jalur awal saat datang. Naik speed boat menuju Sofifi, lalu
oto menuju Tobelo dan Galela. Alhamdulillah. Lumayan puas jalan-jalan ke
Ternate kali ini. Semoga di lain waktu mendapat kesempatan untuk kembali ke
sini. Semoga bermanfaat J
No comments:
Post a Comment